PT Pertamina (Persero) Jakarta memastikan bahwa digitalisasi stasiun layanan publik (SPBU) tidak akan berdampak pada pengurangan sumber daya manusia (SDM) atau pemberhentian (FLE). Seperti diketahui, digitalisasi pompa bensin ini adalah pengumpulan data yang sebelumnya dilakukan secara manual, akan berubah secara digital atau otomatis.
"Mengurangi sumber daya manusia, saya kira tidak ada. Karena ini hanya perpindahan dari manual ke IT sehingga kita dapat dipertanggungjawabkan, itu bukan lagi manual, yang berarti kami secara otomatis mendaftarkannya di pompa bensin. Ini akan dilengkapi dengan sistem CCTV untuk mendaftarkan nomor polisi dari kendaraan pengisian, "kata Wakil Presiden Pertamina bidang operasi bisnis Yanuar Budi Hartanto, saat konferensi pers di gedung BPH Migas, Rabu (8/7/2020). Dexlite
Saat ini terdapat 5.518 stasiun layanan milik Pertamina yang targetnya akan didigitalkan pada Agustus 2020. Hingga 99% PSBU telah dicapai untuk survei ATG, di mana pemasangan saat ini berada di 88%.
“Kami memiliki 5.518 stasiun layanan yang akan menjadi bus komputer. Tahapan survei, kemudian pekerjaan sipil di stasiun layanan, baik untuk distributor ATG dan untuk instalasi ATG dan TI, hingga terintegrasi dan kemudian diuji untuk transfer dari Telkom ke Pertamina ”, dia berkata.
Digitalisasi ini sejalan dengan surat dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral kepada Menteri BUMN tanggal 22 Maret 2018, dalam rangka meningkatkan tanggung jawab untuk distribusi data jenis tertentu bahan bakar yang merupakan produk bersubsidi. Sistem distribusi harus menggunakan sistem perekaman elektronik yang dapat mengidentifikasi penggunaan dan volume distribusi. Pertamina dex
Digitalisasi SPBU Ditargetkan Rampung Agustus 2020
Sebelumnya, implementasi digitalisasi stasiun layanan bahan bakar umum (SPBU) di beberapa tempat menemui kendala. Akibatnya, tujuan menyelesaikan digitalisasi pompa bensin telah tertunda.
Ada beberapa alasan mengapa pompa bensin dilarang. Pertama, ada pandemi Covid-19 yang menghambat implementasi di lapangan. Penyebab kedua adalah keberadaan beberapa pompa bensin tua.
Kendala serius lainnya adalah jaringan digital yang tidak merata. Oleh karena itu ada beberapa poin yang belum dapat sepenuhnya mengimplementasikan digitalisasi ini.
Wakil Presiden Senior Operasi Bisnis Pertamina Yanuar Budi Hartanto mengatakan bahwa sebenarnya semua fasilitas dan infrastruktur yang diperlukan untuk mendigitalkan pompa bensin sudah ada di lapangan.
Hanya saja saat ini dibatasi oleh instalasi. Selain itu, beberapa alat terhambat oleh masalah imigrasi karena masalah covid-19. Selain itu, distributor lama harus terlebih dahulu diperbarui.
PT Telkom (Persero) sebagai pihak yang bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) untuk mendigitalkan stasiun layanan ini, menambahkan bahwa sebenarnya ada beberapa daerah atau stasiun layanan dengan jaringan sinyal yang buruk.
Namun, Yanuar kembali menginginkan digitalisasi ini selesai pada Agustus 2020.
"Lalu, untuk target Agustus, semuanya terintegrasi. Jadi semuanya terintegrasi pada Agustus 2020," katanya pada konferensi pers tentang implementasi program digitalisasi SPBU di Gedung BPH Migas, Rabu 08/07. / 2020).
Pada kesempatan ini, Yanuar juga memastikan bahwa tidak ada pengurangan denyut jantung di pompa bensin, karena menurutnya, digitalisasi itu hanya transisi dari pencatatan manual ke rekaman digital.
"Mengurangi sumber daya manusia, saya pikir tidak ada. Karena itu hanya pergeseran dari manual ke IT yang harus kita perhitungkan, itu tidak lagi manual, ini yang berarti mereka secara otomatis terhubung langsung ke stasiun layanan, ”katanya.